Rakatalenta.Com™, Akhirnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengakui secara
terang-terangan, bila aksi menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) itu
bertujuan mencari "istri" eh maksudnya mencari simpati masyarakat saja. Aksi menolak BBM dibumbui dengan
cara memasang spanduk tolak kenaikan BBM dimana-dimana.
"Kan
boleh saja mencari simpati untuk pemilu 2014. Kalau partai lain juga
ikut mau pasang spanduk ya pasang saja spanduk lagi. Tapi jangan yang
sudah dipasang malah diturunin diganti. Itu tidak demokratis," kata
Refrizal, politisi PKS, Minggu (23/6).
Menjelang kenaikan BBM
beberapa waktu lalu, PKS memang getol menolak kenaikan. Mereka
mensosialisasikan penolakan melalui beragam media, lewat spanduk yang
bertebaran di mana-mana hingga lewat teriakan politikusnya di DPR
melalui televisi.
Padahal, PKS ini merupakan salah satu partai
anggota Koalisi Sekretariat Gabungan (Setgab) bersama Demokrat, Golkar,
PPP, PAN, dan PKB. Sikap PKS tentu memantik beragam reaksi. Terutama
dari politisi Demokrat, hingga Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha.
Ketua
Fraksi Partai Demokrat DPR Nurhayati Ali Assegaf mengungkapkan, bahwa
selama dia menjabat sebagai pimpinan fraksi DPR, dia tak pernah merasa
berkoalisi dengan partai yang diketuai oleh Anis Matta itu.
"Selama
saya jabat ketua fraksi, saya memang tidak pernah merasakan koalisi PKS
dengan Demokrat di DPR. Setiap apapun pemerintah dia sering
berseberangan, ada atau tidaknya PKS enggak ngaruh," kata Nurhayati
ketika dihubungi, Jumat (21/6).
Terlebih lagi, ketika Juru Bicara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Julian Aldrin Pasha bahwa
koalisi dengan PKS sudah berakhir. Nurhayati menyebut itu merupakan
sinyal bahwa PKS sudah tak diinginkan di koalisi.
"Ini kan jubir
yang bicara, apalagi yang ditunggu PKS. Sepertinya mereka sengaja
bersikap seperti sekarang ini. Ini pengalihan isu. Tapi saya tegaskan,
saya tidak pernah merasa berkoalisi dengan PKS," imbuhnya.