RakaTalenta.Com™, Makan sushi itu biasa. Tapi kalau makan sushi di atas tubuh wanita tanpa
busana, tentu di luar kebiasaan. Inilah salah satu gaya jamuan ala
mafia Jepang alias Yakuza.
Gaya makanan seperti ini disebut
nyotaimori. Hal ini sudah dilarang di Jepang, tapi para Yakuza
menjalankannya di tempat prostitusi yang mereka kelola.
Untuk dapat layanan nyotaimori, setiap orang minimal kena tarif 15.000 yen atau Rp 1,4 juta.
Kalangan
pimpinan Yakuza menikmati nyotaimori sambil minum minuman keras. Mereka
juga ditemani para wanita yang siap memberikan pelayanan.
"Nyotaimori
ini tradisi lama, mungkin sejak zaman shogun-shogun dulu. Sebuah
ritual, tapi sekarang ini nilainya sudah jauh berbeda," kata Richard
Susilo, penulis buku Yakuza Indonesia saat berkunjung ke redaksi merdeka.com, Jumat (16/8).
Saat
ini nyotaimori sudah banyak diikuti dunia malam di negara-negara lain,
termasuk Indonesia. Tak ada nilai tradisi, hanya menjual sensasi mesum
belaka.
Richard menjelaskan nyotaimori tak bisa dilakukan sembarangan. Butuh proses yang cukup berliku.
"Kalau yang asal-asalan bisa diare. Sushi kena keringat jadi sarang bakteri," katanya.
Dalam
nyotaimori yang asli, 'wanita sushi' harus mandi sebersih-bersihnya
sebelum tampil. Setelah itu kulitnya ditaburi bubuk khusus yang menjaga
temperatur tubuhnya tetap dingin. Butuh latihan juga agar wanita ini
bisa tetap diam berjam-jam tanpa ekspresi selama ritual berlangsung.
Dalam
bukunya, Richard membeberkan tak hanya Yakuza yang doyan makan seperti
ini. Seorang anggota DPRD Hokaido pernah ditangkap polisi karena
melakukan pesta sushi telanjang ini bersama rekan-rekannya. Mereka
menggunakan gadis 16 tahun untuk 'piring hidupnya'.
"Tapi
biasanya jika ada permainan seks, biasanya bukanlah perempuan nyotaimori
yang dipakai, melainkan perempuan lain yang biasanya menemani para Bos
Yakuza itu. Nyotaimori hanya menjadi semacam pertunjukan, perangsang
libido seks manusia dan bahan pelepasan kepuasan laki-laki Yakuza,"
jelas Richard.