
RakaTalenta.Com™, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo memaparkan hasil hitungan sederhananya
tentang keuntungan menanam kayu sengon. Dia menjelaskan perhitungannya
itu ketika menjadi pembicara dalam Seminar Dialog Tokoh "Hutan untuk
Kemakmuran rakyat" di Balairung Gedung Pusat UGM pada Sabtu, 26 Oktober
2013. "Semalam saya coba hitung-hitung, saya kaget untungnya ternyata
besar," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan seharusnya semua kepala
pemerintahan daerah diperintah agar mendorong warganya ramai-ramai
memanfaatkan lahan kosong dengan menanam pohon sengon atau jati.
Penanamannya secara massal di banyak lahan tidak produktif bisa
menghasilkan pemasukan lebih dari cukup bagi warga.
"Saya yakin
kalau semua bupati dan wali kota serius meminta warganya menanam sengon
atau jati secara massal, banyak warga sejahtera dan hutan Indonesia
tidak akan terus diganggu oleh kepentingan industri," ujar alumni
Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980 itu.
Dia menambahkan
hasil program tanam sengon dan jati secara massal juga bisa menghasilkan
keuntungan semakin besar bagi masyarakat apabila dibarengi dengan
mentransfer metode penanaman terbaik yang sudah banyak diteliti oleh
akademisi. Jokowi mengatakan selama ini serapan pasar terhadap kayu
sengon terus membesar, persedian bibit juga ada, sementara pasokan bahan
kayu kurang. "Lalu, menunggu apalagi. Alumni fakultas kehutanan pasti
tidak risau setelah lulus kalau mau praktikkan ini," kata pengusaha
mebel yang terjun ke dunia politik sejak delapan tahun lalu ini.
Perhitungan Jokowi menarik. Dia menyimpulkan dalam jangka waktu lima
tahun, penanaman pohon Sengon di lahan seluas satu hektar bisa
menghasilkan keuntungan Rp867 juta. "Artinya satu tahun, ada untung
Rp173 juta atau per bulan Rp14 juta," kata Jokowi.
Dia
menjelaskan keuntungan tadi, dihitung dengan asumsi lahan milik warga
sendiri. "Kalau tidak punya lahan sewa saja. Untungnya masih besar,"
Jokowi.
Menurut dia dalam satu hektar lahan idealnya ditanami
2500 pohon sengon atau artinya satu tanaman memerlukan areal penanaman
seluas 2x2 meter persegi. Jokowi menghitung total kebutuhan biaya
investasi selama lima tahun untuk pembelian bibit, perawatan enam bulan
sekali, penyulaman hingga tenaga kerja, hanya memerlukan dana
Rp32.200.000. "Di banyak lokasi masyarakat malah menanam sengon dengan
jumlah tanaman lebih banyak dalam satu hektar lahan," ujar dia.
Hitungannya memperkirakan setiap satu pohon sengon menghasilkan kayu
sebanyak 0,8 meter kubik yang kini bisa dibeli pasar dengan harga Rp
450.000. Apabila ada 2.500 pohon, maka omzet lahan tanaman sengon seluas
satu hektar, yang bisa dipanen setelah lima tahun, mencapai Rp900 juta.
Dikurangi biaya investasi Rp 32 juta, ketemu untung senilai
Rp 867 juta. "Ini hitungan saya, kalau salah silahkan dikoreksi. Tapi,
yang jelas bisa menambah pemasukan warga," kata dia.
Jokowi
juga menunjukkan bukti gambar di sejumlah lokasi penanaman pohon sengon
yang bisa tumpang sari dengan tanaman kacang-kacangan atau sayuran.
"Apalagi, sekarang ada jenis pohon jati yang bisa panen dalam lima
tahun," kata dia.
Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, yang
berbicara di seminar itu bareng Jokowi, membenarkan kegiatan menciptakan
hutan tanam layak menjadi program strategis pemerintah. Menurut dia
perspektif hutan produksi harus berubah, yakni tidak lagi menebang hutan
jadi. "Tapi menanam pohon dulu, baru tebang," kata dia.
Di
akhir seminar, Zulkifli meneken deklarasi gerakan massal penanaman pohon
jati yang digagas oleh Fakultas Kehutanan UGM. Gerakan ini bertujuan
memperkenalkan hasil riset tim fakultas itu yang menemukan pohon jati
varian baru.
Varian ini memiliki masa tanam singkat sehingga
bisa dipanen dalam jangka waktu lima tahun saja. "Indonesia pasti kaya
kalau bisa mengolah hutan dengan benar," kata Zulkifli seusai deklarasi
itu.