Aneh, Pengobatan UGB Menggunakan Air Mani - Perempuan berinisial NA alias R membeberkan perilaku Ustaz Guntur Bumi (UGB) ketika melakukan pengobatan atas dirinya. Ada beberapa yang tidak bisa dinalar secara akal.
"Awalnya saya sakit kram kaki kiri. Ibu melihat UGB dan pengobatannya
di TV. Terus mengajak R berobat ke klinik di Pondok Indah. Pas masuk,
ibu disuruh tunggu di luar. Ditangani UGB langsung," kata R di
Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan (20/3).
"Tiba-tiba mata diiket, rok disuruh lepas bawahan dan pakai sarung.
Disenderin ke tembok. Dengan sarung tangan, tangan kanan UGB masuk ke
vagina," lanjutnya.
Anehnya, menurut R, UGB mengatakan bahwa pengobatan harus dilakukan
menggunakan air mani. Meski merasa ingin berontak, namun R berharap
sembuh dari penyakitnya.
"Setelah dipegang, UGB bilang, pengobatan ini harus dengan air mani.
Saya aneh dan jadi agak perih (di vagina). Saat itu ruangan gelap,"
tuturnya.
Sementara soal uang bayaran, UGB terus memaksa. Bahkan sampai
mendatangi rumah korban. "Sampai harus diminta uang berobat Rp 6 juta.
Nggak ada ATM, sampai orangnya UGB ikut ke rumah buat ambil duit. Tapi
nggak ada duit, perhiasan disuruh melepaskan," imbuhnya.
"Berobat lagi, dan tetap diperlakukan sama. Bayar Rp 7 juta dan
berontak. Saya sakit hati banget, anak digituin, uang juga keluar
banyak. UGB ini setan. Saya lihat lagi ramai di TV.
Ini Kronologi Perkosaan UGB Versi Korban
Awalnya, NA alias R mencoba melakukan pengobatan ke klinik pengobatan milik Ustaz Guntur Bumi
(UGB). Namun ternyata justru mendapat perlakuan tindak menyenangkan. Ia
dilecehkan oleh pemilik nama asli Susilo Wibowo Al-Qurtubi itu.
"Ya di dalam ruangan UGB ingin mengobati saya, tapi di situ ada
pelecehan yang tidak wajar. Memegang kemaluan," kata R di Epicentrum,
Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (20/3).
R, dalam proses pengobatan yang dilakukan disuruh membuka celana dalam
keadaan mata tertutup. "Saya datang dua kali. Jadi pada dasarnya
penyakit saya ada di paha. Ada sarung, saya disuruh buka celana, saya
nurut saja karena sakit saya di paha,"
"Mata saya diikat pakai kain, dibuka celana dalam, aku pikir kan mau
diobati, aku disanderin di tembok, lalu lakukan hal yang nggak wajar,"
imbuhnya.
Saat itu, R tidak berani berontak atau menceritakan kejadian tersebut ke
orang-orang dekatnya dengan alasan tertentu. "Dipikir akan dibekam,
tapi ternyata tidak. Bukan pasrah, saya takut juga. Serba salah," ujar
R.
"Berontak sih. Saya ngerasa kok seperti ini, saya serba salah, saya
kedua kali terus terang ke mama, saya takut nanti ramai. Saya juga punya
calon suami yang harus saya jaga perasaannya," tukasnya.