Kumpulan Berita Polisi Bawahan Menembak Atasannya (Brigadir Susanto Tembak AKBP Pamuji) - Lagi-lagi nama institusi Polri harus tercoreng. Gara-garanya ada seorang
bawahan berani melawan atasan. Parahnya lagi bawahan itu menembak
atasan hingga tewas. AKBP Pamudji jadi korbannya. Kepala Detasemen
Markas (Denma) Polda Metro Jaya itu ditembak kepalanya oleh bawahannya
yang bernama Brigadir Susanto di kantor piket Kepala Pelayanan Markas
Polda Metro Jaya, Selasa (18/3) sekitar pukul 21.30 WIB.
Bawahan Berani Tembak Mati Atasan, Pendidikan Polisi Dinilai Amburadul?
AKBP Pamudji jadi korbannya. Kepala
Detasemen Markas (Denma) Polda Metro Jaya itu ditembak kepalanya oleh
bawahannya yang bernama Brigadir Susanto di kantor piket Kepala
Pelayanan Markas Polda Metro Jaya, Selasa (18/3) sekitar pukul 21.30
WIB.
Apa yang sebenarnya membuat seorang bintara berani menembak mati perwira menengah?
Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar
mengatakan bahwa pendidikan kepolisian di Indonesia saat ini amburadul.
Faktor itu bisa memungkinkan penyebab polisi bintara berani menembak
atasannya yang jabatannya sudah perwira menengah sekalipun.
Menurut
dia, kasus antara antara Brigadir Susanto dan AKBP Pamudji sangat
banyak faktornya. Faktor pertama dari banyaknya karakter pemimpin yang
sewenang-wenang pada anak buahnya, atau karakter bawahan yang mudah
tersulut emosi berkepanjangan.
"Faktor kejadiannya bisa jadi
antar brigadir yang memang agresif dan impulsif, tapi kan itu sifat ya.
Faktor lainnya mungkin pemimpinnya kurang arif, selalu membebani
bawahannya. Hubungan antara anak buah dan bawahan di kepolisian memang
harusnya selalu diperhatikan, diperbaiki agar terus harmonis," kata
Bambang.
Bambang
mengaku tak kaget dengan kasus itu. Sebab, masih banyak kasus di
lingkungan kepolisian seperti halnya bawahan menantang atasan. Namun tak
sampai mati seperti kasus Susanto dan Pamudji tersebut. Bambang
menyebut memang selama ini pendidikan brigadir sangat kurang sejak awal.
"Itu
harusnya coba diteliti, saya kira pendidikan polisi sekarang itu
amburadul. Contohnya PTIK itu di sana ada S1, lalu ada Akpol juga
padahal itu S1, itu gimana? Kok ada 2 jurusan yang sama itu bagaimana
cara berpikirnya, itu nggak masuk akal," ujarnya.
"Kemudian juga,
ada pendidikan sekolah bintara tamtama, sekolahnya cuma 9 bulan tapi
lebih banyak di kelas. Padahal polisi itu pekerjaannya kan keterampilan,
bukan soal knowledge, itu secukupnya aja. Harusnya polisi itu
betul-betul dibentuk untuk mengayomi dan sebagai pelindung masyarakat.
Ini nampaknya belum banyak ditemukan di Indonesia," paparnya.
Bambang
berharap agar Polri berani melakukan terobosan mengenai masalah
pendidikan kepolisian ini. Dia juga berharap seharusnya di tingkat
Polres sekali pun ditempatkan psikolog untuk memberikan tes kejiwaan
secara berkala.
Brigadir Susanto Tersangka Penembakan AKBP Pamudji
Penyelidikan terhadap kasus penembakan AKBP Pamudji masih terus
dilakukan. Direktur Reserse Kriminal Umum Kombes Heru Pranoto menuturkan
setelah pihaknya melakukan olah TKP dan penelitian dengan cara
Scientific investigation serta barang-barang yang ada di TKP maka bisa
ditetapkan kalau AKBP Pamudji dibunuh dengan cara ditembak oleh Brigadir
Susanto.
"Berdasarkan keterangan saksi dan laboratorium forensik memang mengarah kesana," ujar Heru di Mapolda Metro Jaya, Rabu (19/3).
Heru menjelaskan, berdasarkan hasil labfor ditemukan adanya jelaga atau sisa pembakaran mesiu di tangan Brigadir Susanto.
"Hasil
lab ini ditemukan bahwa di tangan Brigadir S, tersisa bekas mesiu. Itu
yang dijadikan dasar (penetapan tersangka). Kemudian, juga ada dari
hasil lab ditemukan darah di tangan dan badan si S," tandas Heru.
AKBP Pamudji Ditembak Dari Jarak Jauh Oleh Brigadir Susanto
AKBP
Pamudji tewas akibat luka tembak di bagian pelipis mata kiri di Ruang
Yanma Mapolda Metro Jaya, Selasa (18/3) malam. Ada yang mengatakan AKBP
Pamuji memarahi Brigadir Susanto karena tak disiplin mengenakan pakaian.
Penyidik Polda Metro Jaya telah menetapkan Brigadir Susanto sebagai
tersangka penembak Kayanma Polda Metro Jaya AKBP Pamudji. Menurut hasil
pemeriksaan labfor, diketahui bahwa korban ditembak dari jarak jauh.
"Dapat
disimpulkan, korban ditembak dari jarak yang jauh. Karena memang tidak
ada jelaga di tubuh korban," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda
Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto di Mapolda Metro Jaya, Rabu (19/3).
Dalam pemeriksaan labfor, lanjut Heru, penyidik juga menemukan jelaga atau sisa pembakaran mesiu di tangan Brigadir Susanto.
Sementara itu, terkait motif penembakan tersebut hingga kini penyidik masih mendalami hal tersebut.
"Untuk motif sampai saat ini masih didalami," tuturnya.
Menurut
Heru, tim penyidik akan mendalami sejauh mana hubungan yang terjalin
antara korban dan pelaku hingga menyebabkan pelaku nekat menembak AKBP
Pamudji hingga tewas.