Nama Republik Indonesia Lebih Cocok Diganti Viranegari Nusantara - Dalam memperbaiki suatu negara rupanya tidak hanya dari segi
pembangunan dan pemerintahannya saja. Belakangan ini, seorang ahli
metafisika menyebut bahwa pergantian nama sebuah negara juga membawa
angin segar bagi sebuah negara.
Dia adalah Arkand Bodhana Zeshaprajna, pria yang belasan tahun
mempelajari metafisika dan mengeluarkan usulan pergantian nama Indonesia
menjadi Nusantara. Menurutnya, nama pengganti itu akan lebih sukses
dari sebelumnnya.
"Nanti satu kata menambahkan, kata Viranegari
untuk mengoptimalkan. Jadi di depan Nusantara ditambah Viranegari. Jadi
'Viranegari Nusantara' untuk mengoptimalkan, jadi namanya lebih baik,"
kata Arkand, di Jakarta, Rabu (26/2).
Namun, Doktor lulusan
University of Metaphysics International Los Angeles, California, Amerika
Serikat ini tidak mau berpikir terlalu jauh terkait polemik pergantian
nama ini. Sebab, kini dirinya hanya fokus menjebolkan nama Nusantara.
"Jangan
langsung ke sana, kita fokus ke Nusantara dulu. Nanti kalau semua sudah
punya kesepakatan untuk memajukan negeri ini dengan nama Nusantara,
baru di situ kita menambahkan. Kita ganti nama Republik menjadi
Viranegari," ungkap pria bernama asli Emmanuel Alexander ini.
Seperti
diketahui, Arkand yang juga doktor University of Metaphysics
International Los Angeles, California, Amerika Serikat itu tetap
bersikukuh jika nama Nusantara adalah nama terbaik untuk pengganti nama
Indonesia. Sebab, menurutnya, dalam struktur nama Nusantara tak
mempunyai angka merah dan bisa membuat kehidupan yang semakin baik untuk
orang-orang yang berada di dalamnya kelak.
Analisa Arkand juga
bukan tanpa alasan, dia sudah membuat piranti lunak atau software untuk
menganalisa hitungan-hitungan struktur nama yang baik.
Ubah nama biar tak dicap kere, Indonesia perlu tiru Kazakhstan?
Arkand Bodhana Zeshaprajna, pria yang belasan tahun mempelajari
metafisika mengusulkan pergantian nama Indonesia jadi Nusantara. Doktor
University of Metaphysics International Los Angeles, California, Amerika
Serikat itu berpendapat nama Nusantara lebih baik digunakan daripada
Indonesia.
Menurutnya, dalam struktur nama Nusantara tak
mempunyai angka merah dan bisa membuat kehidupan yang semakin baik untuk
orang-orang yang berada di dalamnya kelak. Berbeda dengan nama
Indonesia. Inilah salah satu alasan Indonesia tak maju-maju.
Sebuah
negara ganti nama tentu polemik besar. Tapi toh hal ini tak tabu.
Beberapa negara pernah mengganti namanya. Misalnya Siam jadi Thailand,
Burma jadi Myanmar dan Ceylon menjadi Sri Lanka.
Sri Lanka mengubah namanya karena Ceylon lekat dengan kolonialisme Inggris sementara Sri Lanka lebih dekat dengan nama Tamil.
Kalau urusan hoki atau hitung-hitungan, mungkin Indonesia bisa meniru Kazakhstan.
Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, mengusulkan pergantian nama negara dengan mencabut akhiran stan.
Nazarbayev
mengatakan bahwa Kazakhstan sering dikaitkan dan bahkan dianggap
sebagai negara-negara miskin yang beraliran stan di kawasan itu.
Misalnya Uzbekistan, Turkmenistan, Kirgiztan dan Tajikistan.
Negara-negara
Asia Tengah tersebut merupakan bagian dari Uni Soviet pada era Perang
Dingin. Begitu Soviet runtuh, mereka merdeka. Namun kemakmuran belum
menghampiri negara-negara beraliran stan itu. Nah, dibanding
tetangga-tetangganya, Kazakhstan merasa paling makmur.
"Di nama
negara kami ada akhiran stan yang juga dimiliki oleh negara lainnya,"
kata Nazarbayev seperti dikutip BBC tanggal 7 Februari lalu.
"Warga
asing memperlihatkan ketertarikan pada Mongolia, yang jumlah
penduduknya hanya dua juta lebih dan namanya tidak berakhir dengan
stan," jelasnya membandingkan nasib negara Asia Tengah berakhiran Stan
dengan Mongolia.
Nazarbayev yang sudah berkuasa selama 20 tahun
lebih mengusulkan nama baru Kazakh Eli yang artinya orang Kazakh.
Sementara Kazakhstan berarti tanah orang Kazakh.
Kazakstan merupakan negara terbesar kesembilan di dunia berdasarkan luas wilayahnya dengan jumlah penduduk sekitar 17 juta.
Tahun
1997, presiden berusia 73 tahun ini memindahkan ibukota dari Almaty di
sebelah tenggara Kazakstan ke Akmola di kawasan padang rumput di bagian
utara.
Setahun kemudian dia mengganti nama Akmola menjadi Astana yang dalam bahasa Turki berarti ibukota.
Bagaimanapun
dalam usulan perubahan nama negara, dia mengatakan perlu membahasnya
dengan rakyat tanpa menjelaskan lebih lanjut bentuk pembahasan itu.
Nama
Kazakshtan sempat ditertawakan dunia gara-gara film Borat. Film komedi
produksi AS ini dibuat tahun 2006. Mengisahkan si Borat, wartawan
Kazakhstan yang pergi ke Amerika. Di sana dia berbuat aneka kekacauan
karena kampungan. Film Borat ini dikecam di Asia Tengah.