Sebulan sekali, para muslimah Amerika berkumpul di sebuah tempat yang lapang dan terang di dalam sebuah bangunan dari batu bata dekat pusat kota Los Angeles. Mereka datang untuk melakukan sholat Jumat.
Sholat Jumat ini berlangsung tidak seperti yang lainnya, karena sholat dipimpin oleh perempuan, diikuti oleh jemaah yang semuanya perempuan. Kaum pria dilarang masuk.
Walaupun masjid khusus perempuan cukup lazim di tempat-tempat lain di dunia, hingga Januari lalu belum ada satu pun masjid perempuan di antara 2.000 masjid yang berdiri di Amerika Serikat. Hingga yang satu ini berdiri di Los Angeles.
Tanzila Ahmed - seorang penulis, aktivis komunitas dan ahli kebijakan berusia 30 tahunan - mengatakan ia merasa seperti warga kelas dua di masjid-masjid tradisional. "Kami harus selalu masuk ke ruang belakang, tak boleh berada di tempat yang sama saat sholat atau ceramah," katanya.
Tanzila, yang keturunan Asia, mulai mendatangi masjid ini sejak dibuka dua bulan lalu. Ia merasa sangat terinspirasi berada di antara perempuan dari berbagai latar belakang etnis dan ras. Ia juga merasa lebih bebas.
"Saya tidak harus berpikir mengenai isu patriarki yang biasanya harus saya hadapi saat datang ke masjid," katanya.
Masjid khusus perempuan ini, The Women's Mosque, tidak mengharuskan cara berpakaian tertentu, ataupun mewajibkan mereka yang datang untuk menutup kepala. Pusat ibadah ini, yang dulunya merupakan sinagoga, juga menyediakan tempat bagi acara-acara komunitas Yahudi dan Kristiani.
Loskota mengatakan Masjid Perempuan di LA merupakan jawaban terhadap kritik-kritik tersebut dari generasi muda perempuan Muslim.
Di masjid ini, "ada fokus kuat pada dialog antar agama," katanya, selain juga fokus pada pluralisme dan keanekaragaman. (tribunNews)