Cara Melatih Otak Dalam Mengontrol Logika dan Rasa Cinta - Orang kerap kali menganggap kalau otak dan jantung adalah dua organ yang
fungsi kerjanya sangat bertolak belakang. Otak kerap dihubungkan dengan
sesuatu yang serba logis dan masuk akal, sementara jantung --sering
juga disebut dengan hati-- lebih berpengaruh terhadap emosi dan rasa
cinta.
Kenyataannya, otak tidak selalu berhubungan dengan
pemikiran dan logika. Kenyataannya, organ utama manusia yang satu ini
justru berpengaruh besar terhadap emosi yang Anda rasakan, khususnya
saat jatuh cinta dan patah hati. Ini tiga fakta menarik yang
mengungkapkan bagaimana otak bekerja dalam mengontrol emosi manusia,
seperti dikutip dari Your Tango.
1. Batas Tipis antara Cinta dan Benci ada pada Otak
Bukan
hati, otak justru yang memengaruhi rasa cinta dan benci pada seseorang.
Menurut studi yang dilakukan di University College London, 'sirkuit'
cinta dan benci pada otak memiliki struktur yang identik. Kedua bentuk
emosi ini dipengaruhi oleh bagian di dalam otak yang bernama putamen dan
insula. Dua 'sirkuit' tersebut berhubungan dengan keinginan untuk
menyerang, rasa tertekan sekaligus rasa cinta. Semakin dekat sebuah
hubungan dan semakin besar rasa cintanya terhadap seseorang, maka
potensi untuk lebih sering bertengkar juga besar.
2. Cinta Bisa Menyakitkan Secara Fisik karena Otak
'Love
hurts', bukanlah sekadar lirik lagu romantis tapi juga realita. Jika
Anda pernah mendengar kejadian ada pasangan paruh baya yang meninggal
tidak lama setelah suami atau istrinya meninggal, itu karena ada
alasannya dan penyebabnya adalah cinta.
Sebuah studi tentang
fungsi syaraf otak telah menemukan bahwa beberapa bagian otak yang
memroses rasa sakit secara fisik sangat terkait dengan perasaan sedih
dan merana. Jadi ketika orang mengalami patah hati atau sedih yang
mendalam, maka fisiknya juga akan sakit. Menariknya lagi, sejumlah
peneliti mengklaim bahwa obat-obatan penghilang rasa sakit ternyata bisa
digunakan untuk menyembuhkan sakit secara fisik maupun psikis.
3. Otak Menggunakan Cinta Sebagai Pereda Rasa Sakit
Penelitian
di Stanford University School of Medicine menemukan bahwa perasaan
cinta yang intens benar-benar bisa meringankan rasa sakit dan sama
kuatnya dengan obat keras penghilang sakit. Jadi bisa disimpulkan bahwa
apapun yang 'hati' Anda rasakan bisa makin intens karena otak yang
'menerintahkannya'.