Lokalisasi Dolly memang terkenal se-antero Nusantara. Bagi sebagian
orang, tak lengkap berkunjung ke Surabaya bila tak singgah ke Dolly.
Hal
itulah yang dikisahkan Warijo, seorang tukang ojek yang sering
mengantarkan pengunjung ke lokalisasi yang konon terbesar di Asia
Tenggara ini. Warijo sering mengantarkan rombongan pelaut ke Dolly.
"Saya
sering nganter rombongan pelaut. Kadang satu mobil kadang mereka bawa
tiga mobil sewaan," ujar Warijo dalam sebuah obrolan di warung kopi di
sekitar Gang Dolly, Surabaya, Senin (16/6).
Menurut Warijo,
banyak pelaut yang sudah sering 'berlabuh' di Dolly bila kapalnya
bersandar di Tanjung Perak, Surabaya. Bahkan ada pelaut dari Sulawesi
dan Kalimantan yang setiap mendarat ke Surabaya minta dijemput dan
diantarkan ke Dolly.
"Ada langganan Saya yang setiap ke Surabaya
minta dijemput terus diantarkan ke Dolly. Setiap ke sini (Surabaya) Saya
dibel (ditelepon) suruh jemput," ujarnya.
Sekali menjemput bisa 5 sampai 15 orang. Mereka sudah punya langganan di salah satu wisma di Gang Dolly.
"Pernah
saya jemput pakai 3 mobil sama teman saya yang lain. Semuanya langsung
masuk wisma. Pagi pulang dianter lagi ke Tanjung Perak," kenang pria
yang sehari-hari jadi tukang ojek ini.
Untuk sekali antar jemput satu mobil, Warijo meminta imbalan Rp 600 ribu. Berapapun orangnya, Warijo menetapkan harga segitu.
"Wong
saya juga pinjem itu mobil. Saya sewa. Mereka (pelaut) itu biasanya
patungan, satu orang Rp 100 ribu untuk mobil. Untuk PSK itu urusan
mereka di dalam, saya gak tahu," terangnya.
Selama beberapa kali
antar jemput pelaut, ada satu kisah lucu yang sampai sekarang dia
kenang. Ada pelaut yang ditinggal kapal ke Kalimantan gara-gara telat
bangun setelah 'tempur' dengan PSK Dolly.
"Dulu dua orang yang
saya jemput terus main di sini. Saya tungguin sampai jam lima pagi, dia
gak ngebel saya. Baru ngebel jam 6 pagi. Dan harus buru-buru ke Tanjung
Perak, karena telat. Tapi karena macet, jam 8 kurang baru sampai dan
kapalnya sudah berlayar," ujar Warijo sambil terkekeh bercerita.
Akhirnya dua pelaut itu terpaksa menumpang kapal lainnya yang searah menuju Kalimantan.
"Kecapekan
tempur bangun kesiangan, akhirnya ketinggalan kapal. Bosnya sudah
tunggu lama dan kesel mungkin anak buahnya main ke Dolly, akhire yo
ditinggal wae," ujar Kang Ijo, sapaan akrab Warijo.
Namun
ternyata hal itu tidak membuat dua pelaut itu kapok. Lain kesempatan
ketika datang ke Surabaya, kedua pelaut itu kembali singgah ke Dolly.
"Mampir
lagi. Dan sekarang mesen, jam 5 pagi kalau belum bangun suruh gedor
pintunya. Takut ketinggalan lagi katanya," cerita Warijo. [Merdeka]