Rakatalenta.Com™, Warga RT 03 Pedukuhan Grogol, Desa Mulyodadi, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, membakar 28 surat undangan pengambilan kartu
perlindungan sosial untuk pencairan bantuan langsung sementara
masyarakat.
"Kami warga RT 03 sepakat membakar surat undangan
pengambilan kartu perlindungan sosial (KPS), sebagai bentuk protes atas
pembagian BLSM yang tidak tepat sasaran," kata Ketua RT 03 Pedukuhan
Grogol Wahono di Bantul, Kamis (4/7).
Menurut Wahono, 28 surat
undangan untuk 28 kepala keluarga (KK) warga setempat itu, diterima
sejak Selasa (2/7) lalu, dan rencananya untuk pengambilan KPS di kantor
kelurahan, yang kemudian pencairan BLSM pada 9 Juli.
Wahono
menyebutkan di RT 03 Pedukuhan Grogol terdapat 48 KK, 28 KK di antaranya
terdaftar sebagai penerima BLSM dari pemerintah pusat. Namun,
setidaknya ada 14 KK yang tergolong miskin yang tidak terdaftar sebagai
penerima BLSM.
Meski demikian, kata dia, penerima BLSM tersebut
tidak tepat sasaran, karena warga setempat yang tergolong mampu mendapat
BLSM, sementara warga yang ekonominya lemah justru tidak terdaftar
sebagai penerima bantuan tersebut.
"Aneh, juragan batik punya
mobil dan rumah bagus dapat BLSM, sementara warga saya yang jompo,
miskin dan serba kekurangan, malah tidak dapat. Daripada menimbulkan
kecemburuan sosial, saya bakar saja semua," katanya.
Ia
mengatakan aksi tersebut dilakukan secara spontanitas, dan usai
pembakaran pihaknya langsung memberikan penjelasan kepada warga, dan
bagi warga yang tetap ingin mengambil KPS diminta mengurus ke kantor
kelurahan.
"Tapi semua warga setuju kartu undangan tersebut
dibakar. Kalau memang ada BLSM, ya harus merata. Pilihannya hanya dua,
menerima semua atau tidak sama sekali. Kalau seperti ini, saya malah
malu," katanya.
Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan
Desa Mulyodadi Sukamto saat dikonfirmasi mengatakan, belum mendengar
kabar adanya pembakaran surat undangan pengambilan KPS sebagai protes
BLSM di desanya.
Meski demikian, kata dia, pihaknya tidak
membantah jika ada beberapa warga setempat yang protes, karena tidak
menerima bantuan kompensasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi dari pemerintah pusat itu.
Ia mengatakan di desa tersebut ada sebanyak 1.621 penerima BLSM, sementara data miskin versi desa mencapai 2.000 KK.
Meski
demikian, ada juga warga yang mengembalikan KPS, karena merasa tak
pantas menerima. "Dia pensiunan pegawai, merasa tak berhak dapat BLSM,
saat menerima raskin lalu beliau mengembalikan. Namun, kalau soal
pembakaran undangan, saya malah tidak dengar," katanya.