Rakatalenta.Com™, Lirik
lagu yang dinyanyikan musisi legendaris Iwan Fals untuk mengenang
kecelakaan maut yang dikenal dengan tragedi Bintaro 19 Oktober 1987.
Bang Iwan memberi judul albumnya 1910, kependekan dari tanggal 19 bulan
kesepuluh. Seniman yang peka terhadap aneka tragedi kemanusiaan ini
merasa perlu menulis lagu tentang penderitaan korban tragedi Bintaro.
"Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata air mata
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata air mata
Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa aku bosan..."
Tragedi
Bintaro memang luar biasa mengerikan. Ratusan nyawa melayang pagi itu.
Ceceran darah dan mayat berserakan di antara badan kereta yang hancur.
Ratusan korban terjepit di tengah kereta merintih minta diselamatkan.
Tak
ada yang menyangka pagi di awal pekan akan menjadi bencana. Jam baru
menunjukkan pukul 06.30 WIB, seperti biasa kereta sebagai sarana
transportasi rakyat selalu berjubel.
Tragedi ini bermula saat Kepala Stasiun Serpong memberangkatkan KA 225 jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota ke Stasiun Sudimara.
Sementara
itu Kereta Patas 220 Tanah Abang-Merak harusnya berhenti sebentar untuk
menunggu KA 225 di Stasiun Kebayoran. Namun Petugas Pengatur Perjalanan
Kereta Api (PPKA) di Stasiun Kebayoran tidak menghentikan KA 220 yang
berisi ratusan orang itu.
Di Stasiun Sudimara, ada
kesalahpahaman. Masinis KA 225 menyangka petugas PPKA sudah memberikan
sinyal untuk berangkat. Masinis pun menggerakkan keretanya maju.
Sejumlah
petugas PPKA terkejut. Mereka mencoba berlari mengejar kereta 225 agar
berhenti. Bahkan ada yang mencoba mengejar naik sepeda motor.
Petugas
PPKA, Djamhari, mencoba menghentikan kereta dengan memasang sinyal.
Tapi tak berhasil. Djamhari tak putus asa. Dia berlari keluar kantornya
dan mengibar-ngibarkan bendera merah tanda bahaya.
Namun gagal. Masinis tak melihatnya, kereta terus melaju.
Terjadilah
bencana itu. Di tikungan S, sekitar 200 meter dari perlintasan Pondok
Betung, dua kereta itu bertemu. Sudah terlambat untuk mengerem. Dua
kereta yang sarat muatan manusia ini bertabrakan. Keduanya ringsek dan
hancur.
156 Orang tewas dalam tragedi ini. Sementara tak kurang dari 300 orang terluka.
Kisah
Tragedi Bintaro juga diangkat ke layar lebar. Sutradara Bruce Malawau
membuat film dengan judul yang sama tahun 1989. Cerita di film ini
diangkat dari kisah salah satu korban yang bernama Juned. Juned bersama
neneknya berencana pindah dari Jakarta ke desa. Namun nahas, kecelakaan
maut itu merenggut seluruh keluarganya. Kaki Juned pun diamputasi karena
terjepit kereta.
Kini kecelakaan kereta kembali terjadi di dekat
lokasi kecelakaan maut itu, Senin (9/12) Sedikitnya lima orang tewas
dan 85 orang terluka. Penyebabnya truk bermuatan BBM menerobos
perlintasan kereta. Api membakar habis badan truk. Sementara gerbong
depan kereta terguling.