Rakatalenta.Com™ Arsip berita online Indonesia - Sepuluh bulan menjelang lengser, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Boediono dihadapkan pada kenyataan pahit. Keputusannya menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berlaku sejak Juni tahun lalu, berdampak cukup signifikan. Jumlah orang miskin di Indonesia bertambah banyak.
Berdasar data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), dalam kurun waktu tujuh bulan yakni Maret-September 2013, jumlah orang miskin di Indonesia bertambah 480.000 orang. Hingga September 2013, masih ada 28,55 juta warga negara Indonesia yang masuk kelompok rakyat miskin.
Belum lepas dari ingatan kita saat pemerintah meyakinkan masyarakat bahwa kebijakan kenaikan harga BBM tidak akan menambah besar angka kemiskinan. Pemerintah begitu pede lantaran program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) diyakini sebagai obat penangkal sekaligus peredam angka kemiskinan di Indonesia pasca kebijakan kenaikan harga BBM. Nyatanya, kebijakan itu diakui tidak efektif menekan angka kemiskinan.
"Bisa dikatakan gagal karena target gagal tercapai, angka kemiskinan tidak terpenuhi," ujar pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko kepada merdeka.com, Jumat (3/1).
Sekadar mengingatkan, jika mengacu pada Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, angka kemiskinan tahun depan atau di akhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ditarget 8-10 persen. Namun, saat ini angka kemiskinan berada di kisaran 11,47 persen.
Sesungguhnya, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, angka kemiskinan mampu ditekan. Pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,02 juta jiwa atau 12,49 persen, lalu turun menjadi 29,89 juta jiwa atau sekitar 12,36 persen di September 2011.
Maret 2012 jumlah penduduk miskin menjadi 29,13 juta jiwa atau sekitar 11,96 persen dan kembali turun menjadi 28,59 juta atau 11,66 persen pada September 2012. Angka kemiskinan kembali turun pada Maret 2013 menjadi 28,07 juta jiwa atau sekitar 11,37 persen. Pada Juni 2012, pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM dan berimbas pada naiknya angka kemiskinan di September 2013.
Prasetyantoko menuturkan, secara umum angka kemiskinan sangat terkait erat dengan beberapa target makroekonomi. Jika target-target makroekonomi tidak tercapai, maka target kemiskinan tidak akan terpenuhi.
"Target makro seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi tidak terpenuhi. Kemiskinan sangat sensitif perubahan makro, inflasi naik, harga pangan naik, kemiskinan meningkat. Rawan terhadap perubahan makro," jelasnya.
Kebijakan BLSM sendiri sudah sejak awal diyakini tidak akan efektif. Menurutnya, itu hanya kebijakan jangka pendek. "Seharusnya ada safety nett yang struktural, program yang sifatnya jangka panjang agar angka kemiskinan tidak naik," tegasnya. [Merdeka]